"Semua godaan menjadi sedemikian kuat ketika ia tersembunyi dari pandangan orang lain." — Jeff Murphy.
SAAT berlangsungnya Perang Suksesi Spanyol tahun 1711, Duke of Marlborough, yang menjabat sebagai pemimpin pasukan Inggris, bermaksud untuk menghancurkan sebuah benteng vital milik pasukan Prancis. Benteng itu menjaga salah satu akses vital menuju tempat-tempat strategis. Namun, ia tahu jika pasukannya menghancurkan benteng tersebut, pasukan Prancis akan menyadari tujuannya yang hendak merangsek masuk Prancis melewati akses penting tersebut.
Alih-alih menghanncurkan benteng, ia hanya menyerang dan mengambil alih benteng tersebut, kemudian menempatkan sejumlah penjaga dari pasukannya. Musuh mengira Duke of Marlborough hendak memanfaatkan benteng tersebut untuk kepentingan pasukan Inggris. Pasukan Prancis pun balik menyerang benteng tersebut dan sang Duke membiarkan mereka merebut kembali benteng itu.
Setelah berhasil merebutnya, pasukan Prancis langsung menghancurkan benteng itu dengan alasan agar pasukan Inggris tidak akan bisa menggunakannya untuk tujuan apa pun itu. Dan kemudian, setelah benteng itu musnah, maka jalan vital menuju kota-kota strategis pun terbuka lebar karena sudah tidak ada yang menjaga. Dengan mudah, pasukan pimpinan Marlborough pun bisa masuk ke wilayah Prancis.
Hampir kebanyakan manusia ibarat buku yang terbuka. Ini sangat merugikan bahkan kadang berbahaya. Sadar maupun tidak, kita begitu sering memperlihatkan siapa diri kita lewat tindak tanduk, perkataan, dan gerak-gerik. Orang lain hampir bisa menebak siapa dirinya, apa pekerjaannya, dan apa yang hendak diraihnya cukup dengan bertanya. Kita cukup mengeluarkan beberapa pertanyaan atau pernyataan dan mereka secara sukarela atau tidak, sadar maupun tidak, akan menceritakan banyak hal dari diri mereka.
Banyak dari kita yang bahkan dengan gamblang mengatakan apa yang dirasakan, dipikirkan, bahkan ditakutkan. Dengan senang hati sering kali kita dengan gampangnya mengatakan niat dan maksud kita ketika ditanya orang lain. Tidak apa-apa jika memang orang itu tidak berniat buruk kepada kita atau sekadar basa-basi. Namun, akan sangat berbahaya sekali jika mereka adalah saingan bisnis atau malah pihak yang hendak bermaksud buruk kepada kita.
Mengetahui maksud dan tujuan seseorang adalah langkah awal jika kita ingin mendapatkan, mengendalikan, atau memanipulasi orang lain.
Sebaliknya, menyimpan rapat-rapat niat dan maksud kita, menahan diri untuk tidak asal bicara, dan menampilkan diri sebagai sosok yang tidak tertebak adalah cara agar kita tidak mudah dikendalikan atau dikuasai orang lain. Trik ini sedikit banyak bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan berbisnis.
Seorang yang pandai tahu kapan ia harus membuka diri dan kapan sebaiknya ia menutup diri rapat-rapat. Namun, satu hal yang jelas, ia tidak akan bersikap sembarangan dengan terlalu banyak bicara kepada setiap orang asing yang ditemuinya. Orang cerdik tidak akan pernah menunjukkan apa maksud dan niatnya yang sebenarnya secara terang-terangan kepada semua orang.