"Tuhan, izinkan saya yang menghadapi musuh-musuhku, tapi lindungilah saya dari teman-temanku." — Voltaire, 1694-1778.
SEKITAR pertengahan abad ke-9 M, Michael III yang masih pemuda mewarisi tahta Kekaisaran Bizantium. Dikelilingi oleh aneka intrik politik kotor, kaisar muda ini menemukan sumber ketenangan dan kewarasannya pada diri seorang pemuda petugas istana. Pemuda bernama Basilus ini segera menjadi bawahan favorit Kaisar, Sebelum akhirnya menjadi penasihat terdekatnya setelah menunjukkan kesetiaannya. Menganggap Basilus sebagai teman terbaiknya, Michael kemudian mendidik rekannya itu dengan ilmu politik dan aneka teknik pemerintahan. Sang Kaisar berharap sahabatnya itu kelak akan bisa menjadi penasihat kerajaan yang terpercaya.
Namun, sialnya Basilus adalah orang yang haus kekuasaan. Setelah mendapat kepercayaan dari Kaisar dan belajar banyak tentang politik dan pemerintahan, nafsunya untuk berkuasa semakin menjadi-jadi. Tidak butuh waktu lama bagi Michael untuk mendapati sahabatnya itu kini telah memiliki lebih banyak pasukan, pengaruh dan kekayaan dibanding dirinya.
Hingga akhirnya, pada suatu malam, sang Kaisar terbangun dengan dikelilingi oleh para tentara kerajaan. Basilus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika mereka menikam Michael sampai tewas, sebelum lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar pengganti. Basilus mengkhianati dan akhirnya membunuh orang yang dulunya pernah menjadi sahabat terbaik dan pelindungnya yang paling kuat.
Pengalaman di dunia politik mengajarkan untuk jangan terlalu percaya kepada teman apalagi hanya teman biasa. Hati manusia begitu gampang terbolak-balik, begitu juga kepentingan. Bisa jadi hari ini ia adalah teman karena memang sedang ada persamaan kepentingan. Tapi, tidak ada yang benar-benar tahu apakah kelak ia akan tetap menjadi teman kita ketika kita sedang ada di bawah.
Boleh saja kita berteman dan menjalin persahabatan, tetapi selalu ingat untuk tidak sepenuhnya bergantung kepada teman atau sahabat.
Memang banyak kisah persahabatan yang berujung indah. Teman sejati sampai selamanya, melewati saat-saat susah dan senang bersama. Masa muda diwarnai dengan pertemanan dan persahabatan. Tanpa teman, hidup akan terasa monoton, sepi, dan membosankan. Sebagai manusia, kita memang membutuhkan teman.
Tetapi, tidak jarang kita dengar juga kisah teman yang "menusuk dari belakang." Ada teman yang tidak mau bayar utang lalu menghilang. Ada yang mengaku teman, tetapi malah merebut calon pasangannya. Ada teman yang mengajak kerja sama, tetapi malah kabur dan berkhianat pada akad yang sudah dibuat. Ada banyak sekali kisah tentang teman yang ternyata sekadar mencari apa-apa yang baginya menguntungkan.
Cinta dan persahabatan memang hal yang baik, tetapi sebagaimana semua hal di dunia ini, keduanya dapat membuat manusia terlena. Manusia bisa menurunkan kewaspadaan dan pertahanan karena adanya teman.
Bagi kita, memiliki teman selalu berarti kekuatan dan kebesaran. Namun, teman juga manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan dan mengkhianati kita, meskipun mungkin tidak disengaja. Oleh karena itu, kita perlu tetap berhati-hati dan mempertahankan kewaspadaan dalam menjalin persahabatan.